Monday 13 February 2017

Kembali Pada Satu Nama

Untuk: Yang masih tertinggal.

Hai, apa kabar? Tidak perlu dijawab, aku tahu kamu baik-baik saja.

Maafkan kedatanganku hari ini, yang berusaha menerobos masuk kembali seperti bertahun-tahun lalu.
Hatiku dingin, telah melewati tahun-tahun yang berangin.
Alasanku? Namamu. Yang masih terukir beku dalam relungku.
Bagaimana tidak? Lima tahun telah berlalu, meninggalkan aku yang masih membisu.


Hei, debar yang masih sama menggaungi tiap pertemuan kita yang dingin, singkat, yang ku rindui.
Debar yang sama, tidak pernah berubah meski tahun-tahun telah tiada.

Maafkan kedatanganku hari ini, seakan mengulang kebodohan bertahun-tahun lalu.
Aku takut jika tidak ada lagi hari esok, jika esok adalah genggam tanganmu padanya.
Aku tidak berharap untuk tidak terlambat, karena aku tahu, tidak akan pernah ada waktu yang tepat.

Maafkan aku yang telah lancang, masih diam-diam menyelipkan harapan untuk kebahagiaanmu.
Tenang, aku tidak se-egois itu, menyeret namamu dalam percakapanku dengan Tuhan demi seteguk kebahagiaanku.

Banyak nama terlewati, tidak sedikit nama yang tertinggal. Namun semua kembali pada satu, namamu.
Jika tulisan ini hanya akan mengantarkan pada ketiadaanmu, maka pergilah.
Setidaknya semua akan jelas bagiku. Jelas bahwasannya hati ini harus mencari tempat berlabuhnya di dermaga yang lain.

Tertanda,

Aku, dan pelataran fakultas kampus.

No comments:

Post a Comment