Friday 27 January 2017

Kepada Ombak Kepulauan Seribu

Tiga tahun berlalu.
Januari 2014.
Saat itu musim angin menggerayangi lautan Kepulauan Seribu.
Ombak mengamuk, mengikuti kerasnya hentakan angin di atasnya.
Kapalku terombang-ambing, menerjang putaran angin yang menghalangi jalan menuju hal baru yang akan aku jalani.
Kapal kayu dengan muatan penuh, berjuang untuk tidak menumpahkan isinya ke dalam lautan yang gelap dan dingin.
Aku dan seisi kapal hanya bisa duduk, bahkan berbaring, tak sanggup memandang gulungan ombak yang seakan ingin menelan kami semua.
Untaian doa dan puja-puji kepada Sang Maha Kuasa tak henti keluar dari mulutku, mulut kami semua.
Seketika kapal berhenti, di tengah-tengah lautan kosong tanpa batas.
Seorang pahlawan tanpa mengenal nyawa, menembus dinginnya lautan yang menusuk. Demi sebuah kotak. Bukan sembarang kotak. Tapi kotak penyambung nyawa seorang pahlawan lain yang berjuang menyebrangi lautan demi keluarganya.
Sang Pahlawan membela nyawa orang yang bahkan tidak ia kenalnya.
Sang Pahlawan memepertaruhkan nyawanya untuk orang-orang yang dicintainya.
Kotak yang jatuh akibat kerasnya guncangan ombak yang menghantam kapal kami.
Membawaku pada sudut pandang lain seorang pahlawan.
Terima kasih, angin barat.

No comments:

Post a Comment