Aku
dilahirkan dari keluarga yang bahagia. Ibu mengandungku dalam rahimnya selama
22 bulan sebelum akhirnya aku dilahirkan. Ayahku adalah seekor gajah yang kuat
dan besar, yang selalu aku kagumi. Usiaku sekarang 2 tahun sehingga aku masih
harus menyusu dan selalu berada dalam pengasuhan Ibuku hingga usiaku 3 tahun.
Aku memiliki kakak laki-laki yang telah berusia 15 tahun, namun sekarang ia
telah bergabung dengan kelompok gajah lainnya dan membentuk keluarga baru. Kata
Ibuku, saat nanti aku seusia Kakakku, aku pun harus berpisah dari Ibuku dan
berani menghadapi alam liar.
Keluarga
kami hidup berkelompok dengan keluarga gajah lain dan berpindah dari satu
lokasi ke lokasi lainnya. Kami berkelompok untuk saling menjaga dan melindungi
satu sama lain. Ada sekitar 25 ekor gajah yang tergabung dalam kelompok kami. Kelompok
kami dipimpin oleh seekor gajah betina yang memiliki ukuran tubuh paling besar,
belakangan ku tahu namanya adalah Bibi Elepha.
Aku
dan anak-anak gajah lainnya seringkali diasuh oleh Bibi Elephina, seekor gajah
betina muda, terutama pada saat kami berkubang dan beristirahat dari jelajah.
Bibi Elephina mempunyai banyak cerita tentang kelompok ini. Cerita yang ia
sampaikan kebanyakan berasal dari Neneknya, Nenek Elepho, yang telah
meninggalkan kelompok ini sebelum aku lahir. Nenek Elepho meninggalkan kelompok
karena ia merasa sudah terlalu tua dan lelah, dan tidak mau menyusahkan anggota
kelompok yang lain. Aku selalu menangis jika mendengar cerita itu.
Banyak
masalah yang telah dihadapi oleh kelompok ini dan para pendahulunya. Kisah ini
terjadi sebelum aku lahir, namun kata Bibi Elephina, kisah ini bisa terulang
kapan saja, hari ini, esok, dan kapanpun. Masalah yang paling sering kami
hadapi adalah hilangnya habitat kami yang disebabkan oleh keserakahan manusia.
Hilangnya rumah kami dikarenakan adanya penebangan liar dan kebakaran hutan.
Maka dari itu kelompok kami seringkali tersesat ke pemukiman manusia hingga
kami ditembaki dan diburu karena dianggap merusak lahan dan rumah warga.
Banyak
saudara kami yang tiba-tiba hilang dari kelompok. Bukan, mereka bukan
memisahkan diri dan bergabung dengan kelompok lain. Mereka hilang tanpa jejak.
Kata Bibi Elephina, mereka ditembak dengan panah, kemudian mereka tertidur
panjang dan diangkut menggunakan mobil-mobil besar. Mereka dibawa ke kota,
untuk dilatih menjadi hewan sirkus. Dipecut agar menurut perintah, tidak diberi
makan jika melakukan kesalahan, dipertontonkan di depan banyak orang, yang mana
itu merupakan hal yang sangat tidak kami sukai, dan melakukan atraksi-atraksi
yang membahayakan jiwa. Bibi Elephina menambahkan, Paman Elephinos, seekor
gajah laki-laki dewasa yang bertubuh besar dengan banyak bekas luka menghiasi
tubuh dan wajahnya, merupakan salah satu gajah yang berhasil kabur dari jeratan
atraksi sirkus, walaupun harus mengalami banyak tekanan yang kini dapat kami
lihat di seluruh permukaan tubuhnya. Cerita menyedihkan lainnya, yang juga
terjadi pada saudara kami di Afrika, kelompok Loxodonta. Manusia memburu mereka
dengan banyak tujuan, antara lain untuk bersenang-senang dan mengambil
gadingnya.
Gajah
memiliki banyak peranan yang sangat penting bagi lingkungan. Kotoran kami
sangat berperan dalam penyebaran biji dari buah-buahan yang kami makan. Biji
buah-buahan tersebut tidak tercerna sempurna dalam perut kami, sehingga biji
tersebut ikut terbuang bersama kotoran. Aku agak malu mengakuinya, kami
membuang kotoran di sembarang tempat, tertama sepanjang jalur jelajah kami,
hihi. Tapi hal itu justru yang membuat biji-biji tanaman tersebar ke banyak
lokasi. Kotoran kami juga mengandung nutrisi yang baik dalam pertumbuhan biji,
sehingga dapat menunjang perkembangan biji menjadi tanaman yang menghasilkan
buah-buahan yang melimpah. Yum!
Populasi
gajah semakin menurun hari demi hari secara drastis. Penurunan tersebut tidak
seimbang dengan masa reproduksi gajah yang relatif lama. Banyak hal kecil yang
dapat dilakukan dalam menyelamatkan populasi gajah, antara lain: tidak menebang
pohon, tidak membeli souvenir yang terbuat dari gading dan bagian tubuh gajah
lainnya, serta melakukan reboisasi atau penanaman kembali.
No comments:
Post a Comment