Tuesday 10 January 2017

Elephio Si Gajah Kecil

Source: BBC
Hai, namaku Elephio. Inilah kisahku.
 
Aku dilahirkan dari keluarga yang bahagia. Ibu mengandungku dalam rahimnya selama 22 bulan sebelum akhirnya aku dilahirkan. Ayahku adalah seekor gajah yang kuat dan besar, yang selalu aku kagumi. Usiaku sekarang 2 tahun sehingga aku masih harus menyusu dan selalu berada dalam pengasuhan Ibuku hingga usiaku 3 tahun. Aku memiliki kakak laki-laki yang telah berusia 15 tahun, namun sekarang ia telah bergabung dengan kelompok gajah lainnya dan membentuk keluarga baru. Kata Ibuku, saat nanti aku seusia Kakakku, aku pun harus berpisah dari Ibuku dan berani menghadapi alam liar.



Keluarga kami hidup berkelompok dengan keluarga gajah lain dan berpindah dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Kami berkelompok untuk saling menjaga dan melindungi satu sama lain. Ada sekitar 25 ekor gajah yang tergabung dalam kelompok kami. Kelompok kami dipimpin oleh seekor gajah betina yang memiliki ukuran tubuh paling besar, belakangan ku tahu namanya adalah Bibi Elepha.


Aku dan anak-anak gajah lainnya seringkali diasuh oleh Bibi Elephina, seekor gajah betina muda, terutama pada saat kami berkubang dan beristirahat dari jelajah. Bibi Elephina mempunyai banyak cerita tentang kelompok ini. Cerita yang ia sampaikan kebanyakan berasal dari Neneknya, Nenek Elepho, yang telah meninggalkan kelompok ini sebelum aku lahir. Nenek Elepho meninggalkan kelompok karena ia merasa sudah terlalu tua dan lelah, dan tidak mau menyusahkan anggota kelompok yang lain. Aku selalu menangis jika mendengar cerita itu.


Banyak masalah yang telah dihadapi oleh kelompok ini dan para pendahulunya. Kisah ini terjadi sebelum aku lahir, namun kata Bibi Elephina, kisah ini bisa terulang kapan saja, hari ini, esok, dan kapanpun. Masalah yang paling sering kami hadapi adalah hilangnya habitat kami yang disebabkan oleh keserakahan manusia. Hilangnya rumah kami dikarenakan adanya penebangan liar dan kebakaran hutan. Maka dari itu kelompok kami seringkali tersesat ke pemukiman manusia hingga kami ditembaki dan diburu karena dianggap merusak lahan dan rumah warga. 


Banyak saudara kami yang tiba-tiba hilang dari kelompok. Bukan, mereka bukan memisahkan diri dan bergabung dengan kelompok lain. Mereka hilang tanpa jejak. Kata Bibi Elephina, mereka ditembak dengan panah, kemudian mereka tertidur panjang dan diangkut menggunakan mobil-mobil besar. Mereka dibawa ke kota, untuk dilatih menjadi hewan sirkus. Dipecut agar menurut perintah, tidak diberi makan jika melakukan kesalahan, dipertontonkan di depan banyak orang, yang mana itu merupakan hal yang sangat tidak kami sukai, dan melakukan atraksi-atraksi yang membahayakan jiwa. Bibi Elephina menambahkan, Paman Elephinos, seekor gajah laki-laki dewasa yang bertubuh besar dengan banyak bekas luka menghiasi tubuh dan wajahnya, merupakan salah satu gajah yang berhasil kabur dari jeratan atraksi sirkus, walaupun harus mengalami banyak tekanan yang kini dapat kami lihat di seluruh permukaan tubuhnya. Cerita menyedihkan lainnya, yang juga terjadi pada saudara kami di Afrika, kelompok Loxodonta. Manusia memburu mereka dengan banyak tujuan, antara lain untuk bersenang-senang dan mengambil gadingnya.

Gajah memiliki banyak peranan yang sangat penting bagi lingkungan. Kotoran kami sangat berperan dalam penyebaran biji dari buah-buahan yang kami makan. Biji buah-buahan tersebut tidak tercerna sempurna dalam perut kami, sehingga biji tersebut ikut terbuang bersama kotoran. Aku agak malu mengakuinya, kami membuang kotoran di sembarang tempat, tertama sepanjang jalur jelajah kami, hihi. Tapi hal itu justru yang membuat biji-biji tanaman tersebar ke banyak lokasi. Kotoran kami juga mengandung nutrisi yang baik dalam pertumbuhan biji, sehingga dapat menunjang perkembangan biji menjadi tanaman yang menghasilkan buah-buahan yang melimpah. Yum!


Populasi gajah semakin menurun hari demi hari secara drastis. Penurunan tersebut tidak seimbang dengan masa reproduksi gajah yang relatif lama. Banyak hal kecil yang dapat dilakukan dalam menyelamatkan populasi gajah, antara lain: tidak menebang pohon, tidak membeli souvenir yang terbuat dari gading dan bagian tubuh gajah lainnya, serta melakukan reboisasi atau penanaman kembali.


No comments:

Post a Comment