Sunday 31 May 2020

Animal Farm by George Orwell


Sinopsis:
Suatu malam, Major, si babi tua yang bijaksana, mengumpulkan para binatang di peternakan untuk bercerita tentang mimpinya. Setelah sekian lama hidup di bawah tirani manusia, Major mendapat visi bahwa kelak sebuah pemberontakan akan dilakukan binatang terhadap manusia; menciptakan sebuah dunia di mana binatang akan berkuasa atas dirinya sendiri.

Tak lama, pemberontakan benar-benar terjadi. Kekuasaan manusia digulingkan di bawah pimpinan dua babi cerdas: Snowball dan Napoleon. Namun, kekuasaan ternyata sungguh memabukkan. Demokrasi yang digaungkan perlahan berbelok kembali menjadi tiran di mana pemimpin harus selalu benar. Dualisme kepemimpinan tak bisa dibiarkan. Salah satu harus disingkirkan … walau harus dengan kekerasan.
Animal Farm merupakan novel alegori politik yang ditulis Orwell pada masa Perang Dunia II sebagai satire atas totaliterisme Uni Soviet. Dianugerahi Retro Hugo Award untuk novela terbaik (1996) dan Prometheus Hall of Fame Award (2011), Animal Farm menjadi mahakarya Orwell yang melejitkan namanya.

Ulasan:
Siapa yang menyangka di balik buku tipis ini tersimpan makna yang begitu dahsyat dari sesuatu yang bernama kekuasaan? Seperti yang sudah disebutkan pada sinopsis, buku ini tidak banyak bercerita kecuali tentang penggulingan kekuasaan dari satu penguasa ke penguasa lainnya, yang berakhir sama saja atau bahkan lebih buruk. Dalam hal ini, pengambil alihan kekuasaan di sebuah peternakan, dari manusia ke hewan, yang kemudian hewan-hewan tersebut membangun demokrasinya sendiri, lengkap dengan aturan, semboyan, dan tata negaranya.

Orwell menyampaikan pesannya dalam bahasa yang penuh dengan satire, sehingga tak jarang saya tersenyum penuh ironi dalam perjalanan menikmati buku ini. Bukan apa-apa, saya menemukan sendiri tokoh pada novel ini di kehidupan sehari-hari. Mari kita lihat beberapa contohnya:

Snowball: Pemimpin yang visioner namun diusir dari tanah airnya sendiri.

Napoleon: Pemimpin yang menghalalkan segala cara, suka memanipulasi, menggunakan kekuatan anjing-anjing sebagai pasukan militernya agar semua patuh pada dirinya, bukan pada aturan yang telah disepakati bersama. Kemudian menghapuskan aturan yang berpihak kepada rakyat, ujung-ujungnya dia melakukan kebalikan dari semua itu, tentu demi dirinya sendiri. Sebagai tambahan, setiap hari ia membohongi rakyat dengan mengkambing hitamkan Snowball sebagai penyebab setiap kehancuran yang ia ciptakan sendiri, sudah tentu dengan bualannya untuk menciptakan citra buruk bagi Snowball.

Muriel: Wakil rakyat yang mempunyai pengetahuan atas segala peraturan, termasuk di dalamnya mengubah peraturan dan membohongi rakyat dengan manipulasi peraturan tersebut.

Squealer: Kaki tangan pimpinan (dalam hal ini Napoleon) yang setiap hari berkeliling ke seluruh lapisan masyarakat, mendengarkan keluh kesah mereka, seakan memberikan ketenangan yang dibalut dengan bualan demi bualan.

Boxer: Representasi rakyat yang paling kuat, tapi bodoh, sehingga seringkali termakan bualan Muriel dan Squealer yang berujung pada memaksakan diri sendiri untuk berjuang demi kesejahteraan peternakan (negara) yang, sejatinya hanya akan memakmurkan Napoleon dan antek-anteknya. Sudah bisa ditebak, pada akhir hidupnya, ia akhirnya dikhianati oleh pemimpinnya sendiri.

Benjamin: Aku, rakyat yang apatis HAHAHAHA. Canda deng. Intinya karena dia adalah hewan yang paling tua di peternakan ini, ibaratnya sudah tahu lah semua ini akan bermuara ke mana, silakan anak muda ribut-ribut, aku mau makan jerami saja.


Buku ini bercerita tentang bagaimana pemerintahan berlangsung dari tiran satu ke tiran lainnya. Bahwa siapapun akan berlaku sama saja apabila berada di kursi bernama kekuasaan. Prinsip yang ditanamkan pada peternakan ini, kurang lebih: Yang kaya makin kaya, yang kelas pekerja makin melarat. Dengan dalih, kami yang berpikir, kalian yang bekerja, jadi kami berhak mendapatkan lebih dari apa yang kalian dapatkan. Oh wow. Mencengangkan.

Beberapa quotes atau kutipan dalam buku Animal Farm yang membuktikan bahwa semua penguasa akan menjadi tiran pada saatnya, antara lain:

"Sayap burung, Kamerad," katanya, "adalah organ penggerak dan bukan organ manipulasi. Oleh karena itu, bisa dipandang sebagai kaki. Tanda mencolok dari Manusia adalah tangan-nya, yang dengan instrumen itu ia bisa melakukan segala kejahatan."
hlm. 33

Makhluk-makhluk di luar memandang dari babi ke manusia, dan dari manusia ke babi lagi; tetapi mustahil mengatakan mana yang satu dan mana yang lainnya.
hlm. 140

Sekali lagi saya mengatakan, buku ini bagus sekali, Orwell did a really great job. Tema yang berat dan penuh risiko seperti ini ia kemas menarik dan ringan untuk dicerna, langsung pada poin yang ingin disampaikan. Thumbs up!
  

Judul: Animal Farm
Pengarang: George Orwell
Penerjemah: Prof. Bakdi Soemanto
Penerbit: Bentang Pustaka
Halaman: 144 hlm.
ISBN: 978-602-291-282-
Penilaian: 5/5

No comments:

Post a Comment