Sunday 21 January 2018

Kalau Gak Mandi Jadi Teman Setan?

Cerita ini terjadi baru-baru ini, beberapa hari yang lalu, lah. Kali ini saya diamanatkan untuk membawakan materi dengan tema 'Thaharah' atau 'Bersuci', pelajaran kelas 1 SD, bisa dibayangkan para peserta studium general saya kali ini seperti apa. Mulailah saya membawakan materi pelajaran dengan membaca kalimat demi kalimat secara bergantian dengan mereka.


Sekiranya mereka sudah paham, saya ajukan beberapa pertanyaan sesuai dengan tema yang tadi dibacakan. Otak anak-anak memang benar-benar bagus, mereka langsung paham apa yang telah disampaikan tadi. Tibalah saatnya mengerjakan soal-soal di halaman paling belakang bab tersebut. Di sini kegaduhan mulai terjadi.

Pertama, ternyata ada anak di kelas ini yang masih duduk di bangku TK dan PAUD yang belum lancar membaca, meskipun mereka paham maksud dan tujuan dari materi tersebut. Sebagai guru yang baik lagi budiman, dengan sabar saya membacakan satu persatu soal dan melingkari jawaban yang mereka jawab secara lisan. Itu bukan hal yang sulit, selama tidak ada 'gangguan' seperti ini:

Kedua, yang udah gede, udah pada bisa baca pun, entah motifnya apa, menanyakan seluruh, saya ulangi, seluruh jawaban yang ia pilih, apakah sudah benar atau belum. Saya, yang agak kesulitan dalam meng-handle pekerjaan multitasking, harus membagi konsentrasi di tengah keributan para krucils.

Semua berjalan dengan baik, seluruh lembar jawaban sudah berada di tangan saya. Saatnya waktu bebas, menunggu jam pulang. Saya sedang khusyu' mengatur lembar-lembar jawaban sambil membacanya satu persatu. Anak-anak juga sedang dalam suasana yang kondusif, tidak ada yang berlarian seperti biasanya, hanya duduk dan bercengkrama satu sama lain.

Tiba-tiba ada satu anak perempuan yang mendekati saya, usianya sekitar 7 tahun. Ia menanyakan beberapa hal mengenai bersuci.

Bocah: "Miss, kalau kotoran kan ada cacingnya, ya?"
Saya: "Betul. Maka dari itu harus rajin mandi." (Yah salah nih gue, batin saya)
Bocah: "Iya Miss, kalau gak mandi nanti ditemenin setan kan?"
Saya: (NAH KAN, batin saya lagi, tapi berusaha stay cool) "Hmmmmm.. Iya."
Bocah: (beranjak pergi)
Saya: (Ya pantes ya kalau hari libur gue gak pernah sepi walau di rumah doang, lah ditemenin setan, HAHAHA, kira-kira beginilah isi kepala saya)

Moral of the story: Kalau mau bikin contoh, harus ngaca dulu ama diri sendiri! Malu, anak-anak itu lebih pinter.

No comments:

Post a Comment